Epistemologi Feminis
Table of Contents
Sebagaimana diketahui bersama bahwa epistemologi merupakan term
yang sangat penting untuk mengetahui sumber-sumber ilmu untuk menjadi landasan
berpikir, ketika epistemologi ini disandingkan dengan feminis maka yang
terlintas adalah apa landasan para feminis di dalam mengusung ide-idenya. Bila
yang menjadi landasan adalah teks-teks keagamaan, maka bagaimana proses para
feminis ini menggali teks-teks keagamaan.
Reinterpretasi teks menjadi hal yang niscaya, sebab mayoritas
produk-produk tafsir klasik “dinilai” kurang memperhatikan kepentingan-kepentingan
perempuan, atau dengan bahasa lain kepentingan mereka tidak diakomodir setara
dengan laki-laki.
Begitu juga dengan hadits yang populer bahwa suatu bangsa akan hancur bila dipimpin oleh perempuan, produk hukum fiqh tentang prioritas posisi laki-laki di dalam keluarga juga sangat kentara sehingga kebijakan-kebijakan harus melalui persetujuan laki-laki.
Begitu juga dengan hadits yang populer bahwa suatu bangsa akan hancur bila dipimpin oleh perempuan, produk hukum fiqh tentang prioritas posisi laki-laki di dalam keluarga juga sangat kentara sehingga kebijakan-kebijakan harus melalui persetujuan laki-laki.
Produk seperti demikian yang kemudian dianggap sebagai final dan
mapan untuk menjawab segala problematika di sosial masyarakat. Menurut para
feminisme semua itu harus ada upaya reinterpretasi agar segala kebutuhan dan
kepentingan perempuan juga diakomodir, sehingga produk yang berperspektif
gender sangat diperlukan.
Jadi, epistemologi feminis pada dasarnya masih tetap memegang
teguh teks-teks keagamaan untuk menjadi landasan berpikir, dan pada dasarnya
tidak menganggap bahwa persoalan ada di dalam teks, namun berada di wilayah
interpretasi teks-teks yang sudah dianggap “mapan” tersebut.
Oleh sebab itulah, para feminis ini ingin memberikan sajian produk yang
mengakomodir kepentingan-kepentingan laki-laki dan perempuan di satu sisi, di
sisi lain juga merupakan konstribusi untuk mengcounter atas adanya tudingan
bahwa di dalam agama islam memposisikan perempuan sebagai titik subordinatif
dan eksploitatif.
Post a Comment