Kronologi Permusuhan Abadi antara Zaid dan Amr
Table of Contents
"Saya mulai dari status kejombloan yang dijabat oleh Amr dan mencoba menghubungkan dengan istri-istri Zaid, barangkali Amr pernah menelikung salah satu istri Zaid yang menyebabkan ia naik pitam, hasilnya nihil. Sama sekali Amr tidak pernah bertindak senonoh dengan istri-istri Zaid."
Zaid
dan Amr, bagi yang mempelajari ilmu gramatika bahasa Arab, terutama nahwau,
tentu tidak akan asing lagi dengan kedua nama itu. Sepanjang sejarah, baik
lintas budaya dan lintas politik, nama mereka berdua menjadi percontohan, tidak
hanya dalam ilmu nahwu sebenarnya, tetapi juga sharaf, manthiq, balaghah, dan
bayan, dan banyak lagi.
Dan
anehnya lagi, pasti bentuk kalimatnya adalah Dharaba Zaidun Amran dengan
segala bentuk gaya yang pada intinya pasti Zaid mukul Amr, tidak dibalik
menjadi Amrun Dharaba Zaidan, sepengetahuan saya tidak pernah
demikian, bahkan ketika memberikan contoh pada bab Ism alladzi lam yusamma
fa’iluhu, yang menurut saya Mbah Shonhaji terlalu panjang menjadi judul
sebuah bab, ringkasnya saya lebih sepakat dengan Mbah Maliki yakni naibul fa’il,
menggunakan dhuriba ‘amrun, karena pasti sudah pada tahu kalau yang
memukul amr tidak lain dan tidak bukan adalah Zaid.
Kenapa
demikian?. Kenapa selalu Amr yang dijadikan sebagai objek kemarahan Zaid?. Mbok
ya sekali-kali Amr itu membalas pukulannya Zaid.
Untuk
mengetahui alasan tersebut, terpaksa saya membolak balik kata-kata itu dan
mengotak-atik dan akhirnya tetap saja bahwa kasus antara Zaid dan Amr sudah
sangat kronis, seperti konflik yang terjadi antara aktifis khilafah yang selalu
menghujat, menyesatkan, bahkan mengkafirkan orang yang sudah jelas islamnya
hanya karena orang tersebut melakukan ziarah kubur. Tapi alhamdulillahnya, orang yg disesatkafirkan itu selalu
ingat pesan Tuhan yakni wa idza khathabahumul jahiluna qalu salaman.
Setelah
tidak menemukan alasan-alasan yang paling masuk akal, saya mencoba untuk
mencari-cari orang ketiga antara Zaid dan Amr, saya jadi terobsesi
berita-berita selebritis yang selalu mencari-cari pihak ketiga pada saat dua
insan sedang dirundung persoalan, seolah segala hal yang bersangkutan dengan keluarga
selalu ada pihak lain yang ikut campur. Mungkin metode demikian sangat membantu
saya dalam hal ini.
Saya
mulai dari status kejombloan yang dijabat oleh Amr dan mencoba menghubungkan
dengan istri-istri Zaid, barangkali Amr pernah menelikung salah satu istri Zaid
yang menyebabkan ia naik pitam, hasilnya nihil. Sama sekali Amr tidak pernah
bertindak senonoh dengan istri-istri Zaid.
Apa
jangan-jangan memang Zaid yang temperamental dan Amr yang cenderung nrimo?.
Usut
punya usut, qila waqala. Saya lagi ngeh ketika tahu tentang salah
satu sahabat Zaid, yakni Umar. Saya tahu dari tetangga sebelah bahwa sejak
kecil Zaid dan Umar bagai pinang dibelah dua, jadi praduga saya pun bertambah
yakin bahwa orang ketiga di dalam konflik Zaid dan Amr adalah Umar,
satu-satunya sahabat sejuta kotak mimpi Zaid.
Sekarang
kita fokus pada Amr dan Umar. Ada apa di antara mereka sebenarnya, sehingga
Zaid selama berabad-abad memukuli Amr?.
Antara Amr dan Umar sebenarnya
mempunyai sisi kesamaan yang tidak bisa dihindari, yakni bentuk dari kata
tersebut. ع (‘ain) Ù… (mim) ر (ra) menjadi عمر jika tanpa harakat kita
bisa membaca Umar atau Amr.
Melihat
fakta itu, ternyata banyak sekali orang-orang keliru dalam membaca, menyebut
Umar, eh padahal Amr, menyebutkan Amr eh ternyata Umar. Sejak saat itu
orang-orang jadi bingung bagaimana membedakan keduanya. Lalu datanglah Zaid
dengan membawakan huruf و (wau) kepada Umar, sehingga nama umar jika ditulis menjadi عمرو
Namun,
usaha Zaid tidak semulus pipi adik-adik JKT48 yang sekarang hampir nganu.
Mendengar
hal itu, Amr merasa ia adalah korban nepotisme Zaid berdasarkan kedekatan
hubungannya dengan Umar, menurutnya yang pantas diberikan wau adalah ia,
sehingga pada suatu malam yang sunyi, ia diam-diam memasuki rumah Umar dan
mengambil wau miliknya, lalu ia pergi meninggalkan segala kemunafikan di
balik pemberian wau secara sepihak, dan ia pun memproklamirkan kepada
seluruh dunia bahwa wau itu adalah milik Amr, seantero dunia ini jadi
tahu bahwa Amr ditulis dengan عمرو sedangkan Umar ditulis
tanpa wau عمر.
Setelah
kejadian itu, Zaid pun melakukan sumpah palapa yang kemudian ditiru oleh Patih
Gajah Mada, bahwa ia akan mencari Amr sampai ketemu dan memukulinya sampai
kapanpun. ضرب زيد عمرا karena Amr tahu ia salah dan sudah tidak bisa diperbaiki lagi
dengan mengembalikan wau kepada Umar, nasi telah jadi bubur, ia pun
akhirnya pasrah mau diapain aja sama Zaid, monggo.
Post a Comment