Hidup itu Menyusun Puzzle

Table of Contents


Saya teringat sewaktu masih duduk di sekolah TK (dulu belum ada PAUD, dab) ada permainan yang mengasah kecerdasan otak kanan kita, yaitu menyusun puzzle, saya lupa-lupa ingat dulu nyusun gambar apa, hehe maklum udah lama sekali, belasan tahun yang lalu. Terdapat kode-kode tertentu yang merepresentasikan di mana satu puzzle harus diletakkan agar sesuai. Saya belum sadar saat itu, permainan tersebut akan membawa kesan yang lumayan membantu untuk memaknai kehidupan yang sebegini rumit untuk dipahami dengan rumus dan kamus.


Yang menarik adalah, pertama, satu kali keliru dalam meletakkan puzzle tersebut, maka lanskap gambar itu akan selalu salah. Tidak ada jalan lain kecuali dengan memindahkan puzzle-puzzle tersebut sesuai dengan tempatnya. Kedua, pertama-pertama kita akan kesulitan meletakkan puzzle mana yang terlebih dahulu dipasang, jika sudah terpasang beberapa, maka kesulitan itu akan berkurang, dan begitu seterusnya sampai kita berulang-ulang memainkan puzzle itu, maka semakin cepat pula ingatan kita untuk terbiasa mengulanginya. 


Sayang sekali, permainan itu sekarang sudah digantikan dengan gajet-gajet, meskipun di dalamnya bisa diinstal permainan puzzle tersebut, tapi tetap saja taste-nya itu kurang ngena bingit. Pesannya itu lho, tereduksi. (halah).


Lebih kurang seperti itulah kehidupan, kita hanya mencoba dan terus mencoba dengan standar hidup yang kita punyai sendiri dalam membentuk, dan menempatkan kepingan puzzle tersebut agar benar dan sesuai dengan idealitas hidup kita. Semua orang pernah gagal/salah, misalnya gagal dalam dunia percintaan, parahnya lagi gagal nikah *ehhh… pahamilah bahwa semua itu sekedar awal dari menyusun kehidupan kita sendiri, yang tak pernah lepas dengan takdir. Jika ada yang tidak percaya takdir, apa anda pernah memilih di mana dan kapan anda dilahirkan?.


Salah dan gagal itu biasa, tapi bukan untuk dibiasakan. Pokoknya melangkah sajalah, salah langkah itu juga biasa, semakin sering salah semakin tahu bagaimana caranya agar tidak salah. Tugas kita hanya menyusun kepingan-kepingan kenyataan tersebut, semata-mata agar hidup kita lebih mudah untuk diceritakan. Sudah melangkah tinggal pasrah.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment