3 Hal yang Ingin Saya Penuhi di Tahun 2016
Menjalani dengan sebaik-baiknya tanggung jawab, mulai banyak mendengar dari pada berbicara, memperbanyak membaca dari pada mendakwahkan ilmu, mengakui kesalahan dan memaafkan kesalahan, baik diri sendiri maupun orang lain, berprasangka baik kepada apapun, bahkan atas kejadian paling buruk sekalipun.
Berhenti memikirkan Tuhan, dan mulai merasakan kehadirannya. Susunlah dengan baik kepingan-kepingan puzzle kehidupan kita untuk kebaikan di hari berikutnya.
Menjaga Diri
Menjaga diri sendiri merupakan bagian dari hidup yang sementara ini, dengan menyadari bahwa segala yang terjadi kepada kita sebagai manusia hanyalah fitnah belaka, jika tidak bisa menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Seperti yang Tuhan katakan bahwa kebaikan dan keburukan adalah fitnah (Anbiya’: 35).
Kebaikan saja ada fitnahnya, bagaimana dengan keburukan. Sebab demikian, yang paling menjadi titik pemahaman yang baik adalah sikap kita. Kita dituntut untuk memahami dengan baik atas segala persoalan, segala realitas, dan segala yang kita sebut sebagai kenyataan. Kebaikan dan keburukan itu bedanya tipis, terlampau tipis. Jadi tidak heran bahwa Tuhan juga pernah bilang bahwa “Barang kali yang kamu benci itu baik bagimu, sedangkan yang kamu anggap baik, justru berakibat buruk bagimu.” (al-Baqarah: 216). Contohnya banyak, bisa dipikirkan sendiri.
Menjaga diri semata-mata untuk kebaikan diri sendiri. Harus hati-hati dengan ilmu yang kita miliki, karena rawan sikap sombong. Hati-hati dengan harta yang kita miliki sebab lebih mudah terjerumus ke jurang menghina orang lain.
Hati-hati juga dengan popularitas, sebab akan menumbuhkembangkan sikap sombong yang tidak berhak bagi kita. Sombong itu berbahaya, posisi sombong itu seperti kita di atas gunung yang tinggi, kita selalu menganggap kecil apa yang kita lihat di bawah kita, tapi sebaliknya di bawah kita juga melihat kecil diri kita, bahkan menganggap tidak ada karena tidak terlihat oleh mata.
Menjaga Hati.
Hati sangat penting dijaga, baik jomblo maupun yang sudah punya suami/istri. Jomblo itu posisinya sangat rawan, rawan ngasih harapan ke orang lain, rawan buang-buang waktu untuk pacaran, pergi boncengan sering telpunan dan jajan, ini bahaya bagi kesehatan psikologi, pacaraaaaan tiap hari, telpunaaaan tiap hari kapan hamilnya?. *uhukkkk…
Bagi yang sudah punya suami/istri juga sama-sama rawan. Proklamirkan status ketidakjombloan kalian ke publik, sebab tidak sedikit orang-orang yang sudah tidak jomblo tapi masih kepingin disebut jomblo. Ini kan bahaya. Bisa merobohkan bangunan rumah tangga bagi pelaku.
Istiqamah
Segala kebaikan apapun, itu mudah untuk kita lakukan, yang paling sulit adalah bertahan dengan melakukan kebaikan itu secara terus-menerus, kontinyu, istiqamah. Tidak perlu heran dengan segala perilaku baik yang dilakukan oleh orang lain, yang perlu dilihat adalah sebarapa lama ia bisa bertahan melakukan kebaikan tersebut.
Seperti ketika melihat para penghafal al-Qur’an yang lanyahnya gak ketulungan, lihat saja bagaimana ia setiap hari membaca al-Qur’an. Dalam hati selalu ingin merasakan hal itu secara pribadi.
Apalagi yang sudah melakukan riyadhah selama empat puluh hari mengkhatamkan al-Qur’an berturut-turut setiap hari ditambah dengan puasa.
Duh rasanya kok... Setidaknya kalau saya belum bisa menjalani itu, yaaa setidaknya sehari 1 juz saja lah. Nanti kalau sudah istiqamah bisa ditambah lagi, lagi dan lagi...
Keistiqamahan yang lain yang perlu diperhatikan adalah, NGOPI. Ya minum kopi. Hahaha. Ini jangan diremehkan lho ya. Sekali saja kalian meremehkan kegiatan ngopi, maka sesungguhnya kalian telah berada di dalam kesesatan pikir yang nyata (bukan ayat al-Qur’an). kegiatan ngopi semata-mata untuk melupakan kebaikan yang telah kita lakukan, lupa ini juga penting. Agar kita belajar ikhlas.
Selama kita masih ingat kebaikan apa yang kita lakukan, maka itu termasuk salah satu tanda kita belum ikhlas. Begitu juga dengan keburukan, saat kita masih selalu mengingat keburukan-keburukan yang menimpa kita, maka selama itu kita tidak rela/ridha atas ketetapan Tuhan yang telah bertindak demikian. Berpikir positiflah dalam segala hal.
Selamat tahun baru. Tidak perlu takut untuk bermimpi di tahun ini. Termasuk tidak takut untuk terjun ke dunia, yang akrab disebut keluarga… *halllaahhhh…
Post a Comment