Perbedaan Tulisan Arab dan Tulisan Mushaf Al-Qur'an Rasm Usmani

Table of Contents

Siapa yang tak tahu bahasa arab, bahasa yang digunakan oleh al-Qur’an untuk menyampaikan risalah-risalah Tuhan, bahasa yang umurnya sudah ribuan tahun yang lalu dan sampai hari ini masih digunakan oleh sekitar seratus juta orang, sebagaimana dijelaskan oleh Philip K. Hitti.

Meskipun mengalami perubahan-perubahan secara makna dan penggunaannya hingga memunculkan istilah bahasa arab ammiyah (digunakan dalam aktifitas sehari-hari non formal) dan bahasa arab fusha (digunakan dalam penulisan karya dan pada acara-acara formal).

Namun, bahasa dan tulisan harus dibedakan, sebagaimana bahasa arab dan tulisan arab, sebab banyak sistem alphabet arab digunakan dalam berbagai bahasa di dunia, seperti bahasa Persia, Afghanistan, Turki, Urdu, Berber, dan Melayu dan jawa dengan munculnya istilah arab pegon, bahasa jawa yang ditulis dengan tulisan abjad Arab.

Dalam beberapa literatur ulumul Quran, misalnya Imam Zarkasyi dalam kitabnya berjudul al-Burhan fi Ulumil Quran menyebutkan beberapa pendapat tentang siapa yang kali pertama menulis dengan bahasa arab, ada yang menyebutkan Nabi Adam, ada yang menyebut Nabi Idris, bahkan Nabi Ismail.

Terlepas dari perbedaan tersebut, sepertinya cukup untuk menyimpulkan dengan bahwa menulis adalah peradaban yang sudah lama terjadi dalam sejarah manusia.

Beranjak pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, pada zaman nabi terutama di kota Makkah, sangat sedikit sekali orang yang bisa menulis, di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Talhah bin ubaidillah, Muawiyah bin Abi Sufyan, Aban bin Said, dan Ila’ bin Muqri. 

Hal ini sangat wajar sebab dalam hasil karya Philip K Hitti berjudul History of The Arab menyebutkan bahwa kecerdasan bangsa arab ditentukan dari seberapa kuat hafalannya, sehingga menulis bagi mereka merupakan tanda orang yang hafalannya tidak kuat alias tidak cerdas.

Di Madinah, terdapat juga sahabat-sahabat nabi yang bisa menulis seperti Umar bin Said, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Mundzir bin Amr.

Fakta bahwa sedikit sekali umat islam yang bisa menulis pada saat itu, lalu setelah Hijrah dan perang Badr selesai, nabi memerintahkan agar umat islam bisa belajar membaca dan menulis.

Dari mana asal muasal penyempurnaan tulisan arab? mengingat bahwa tulisan arab pada waktu itu masih belum mengenal harokat (fathah, kasrah, dhommah, dll) dan titik-titik pada huruf seperti ya’, ta’, tsa’, jim, dan lain-lain?.

Ada yang mengatakan bahwa tulisan arab disempurnakan oleh ulama Kufah, ada pula yang menyebutkan para ulama Basrah, dan ada pula yang menyebutkan disempurnakan pada zaman Daulah Abbasiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Ja’far bin Al-Mu’tadhid (908-933 M.) yang terkenal dengan julukan al-Muqtadir Billah.

Sehingga hal ini diikuti oleh Ali bin Hilal al-Baghdadi dan para ulama lainnya sampai pada bentuk tulisan sebagaimana sekarang ini.

Dari penjelasan singkat di atas, pada dasarnya tulisan bahasa arab itu ditulis sebagaimana yang diucapkan secara sempurna, tanpa penambahan dan pengurangan, dan menghindari perubahan dan pergantian, dan yang paling penting adalah tetap konsisten dalam hal titik dan koma dalam intonasi pengucapan. 

Penulisan dengan cara demikian disebut sebagai rasm al-qiyasi (tulisan yang disesuaikan dengan cara pengucapannya).

Hal ini tentu berbeda dengan rasm usmani (bentuk tulisan dalam al-Qur’an). Pada saat tertentu al-Qur’an di tulis sesuai dengan pengucapan secara lisan, seperti pada lafadh

 Ø¨Ø³Ù… الله الرحمن الرحيم
kata bismillah ditulis sesuai pengucapannya, padahal secara penulisan terdapat pembuangan huruf alif, asal muasalnya ada bi dan ismi (اسم) karena huruf alif tidak dibaca, maka tidak ditulis.

Namun, pada saat-saat tertentu juga, Rasm Usmani ditulis tidak sesuai dengan kaidah standar penulisan bahasa arab, misalnya pada lafadh as-shalata (الصلوة), az-zakata (الزكوة), dan ar-riba (الربو),

Pada lafadh-lafadh tersebut memakai huruf waw, karena asal dari lafadh tersebut terdapat huruf waw, sebagaima jika dijamak menjadi الصلوات dan الزكوات , meskipun secara pengucapan menggunakan huruf alif sehingga cukup ditulis dengan الصلاة الزكاة الربا

Cara menulis yang seperti demikian, secara penulisan bahasa arab disebut sebagai rasm al-Isthilahi (cara menulis yang menyesuaikan bentuk-bentuk kalimatnya). Tentu cara-cara demikian mempunyai alasan-alasan tersendiri, yang insya allah akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Hal yang paling penting untuk disimpulkan di sini adalah, bahwa para ulama mengambil kaidah-kaidah penulisan yang digunakan pada rasm Usmani merupakan kaidah yang telah diwariskan oleh para sahabat yang telah ditetapkan bersama pada zaman nabi Muhammad Shallallhu alaihi wasallam,

Meskipun pada perkembangannya nanti akan ditemukan penambahan-penambahan tanpa keluar dari kaidah dasar penulisan mushaf.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment