Tentang Gus Muwafiq yang Belum Diketahui Banyak Orang

Table of Contents

Sudah satu pekan ini, Gus Muwafiq menjadi trending di berbagai media sosial, tentang isi ceramahnya yang dianggap menistakan Rasulullah.


Oke begini, Kiai Muwafiq Salah satu kiai yang mendoakan anak saya, Yahya. 

Pada waktu itu, Sudah dua hari istri saya kesakitan menunggu Yahya lahir, saya sudah ikhtiyar meminta doa ke sana sini untuk kelancaran persalinan, mulai dari baca al Insyiqaq hingga minum air dari beberapa guru saya.

Lalu, terakhir malam-malam saya memberanikan diri untuk menelepon kiai Muwafiq. Tidak seperti biasanya, satu kali bunyi tut langsung diangkat “Laopo, Wim?” Jawab beliau tegas dan langsung. Seolah tahu bahwa ini penting “bagi saya” 

Biasanya harus berkali-kali telepon baru kemudian diangkat.

Lalu, Saya cerita sedikit tentang kondisi persalinan istri saya.

“Lha wong durung wayahe metu, mbok kon metu” Katanya sambil terkekeh. “Santai wae” lanjutnya.

Saya ikut cengengesan. Setelah itu beliau meminta nama lengkap istri saya, ibunya istri saya dan nama neneknya.

Selang dua jam, alhamdulillah anak saya yang pertama lahir secara normal dan selamat, istri mengalami pendarahan dan alhamdulillah selamat.

"Yowes, Enteni." Katanya, lalu telephon ditutup.

Foto ini diambil ketika Yahya berusia 2/3 bulan. Saya minta doa kepada Kiai Muwafiq agar Yahya menjadi anak sholih dan mencintai rasulullah serta dzuriyahnya.

——

Di sela-sela pemberitaan yang tendensius, eksistensi Kiai Muwafiq mulai digoyah, membenturkan Antar umat Islam karena dianggap menghina Nabi pada suatu ceramahnya.

Jika benar adanya dianggap demikian, Kiai Muwafiq telah meminta maaf kepada khalayak, meskipun permintaan maaf itu juga dianggap sebagai bukan permintaan maaf dan mengakui kesalahan.

Kita tak bisa membuat semua orang bahagia dan suka dengan kita, begitu pula dengan kiai Muwafiq.

Sederhananya, bagaimana mungkin orang yang tiap hari keliling berdakwah islam rahmatan lil alamin secara sengaja “menghina dan melecehkan Nabi Muhammad”? Bagaimana mungkin?

Bagaimana mungkin waktu dan energinya yang sebenarnya ada hak untuk anak istri tapi beliau rela meninggalkan untuk kepentingan umat Islam dan rakyat Indonesia?

Terakhir, bagaimana mungkin orang yang setiap hari puasa dan melakukan wirid amalan setiap hari, secara terang-terangan sengaja menistakan nabi yang diikutinya?

Sedangkan, ketika ada pendakwah yang mengatakan Nabi Muhammad pernah sesat, Ayah Baginda Rasulullah masuk neraka, bahkan Rasulullah gagal menciptakan islam yang rahmatan lil alamin, mereka bisa memaklumi tanpa melakukan aksi-aksi pseudo bela rasulullah.

Ini bukan persoalan keyakinan, ini persoalan golongan. Begitulah hasilnya jika kebenaran dimonopoli dan disandarkan pada golongan. Beragama seperti memakai kaca mata kuda.

---
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment