al-Ibtida' Memulai Bacaan Setelah Waqaf
Table of Contents
Pada dasarnya ibtida' itu bersifat ikhtiyari (bebas saja sesuai dengan keinginan pembaca) dengan catatan tidak sampai merusak pemahaman konteks ayat sebelumnya.
Sumber Gambar dari Pixabay |
Meskipun bebas, tentu saja ada beberapa hal yang harus dipahami. Setidaknya tedapat 2 hal:
Pertama, ibtida' harus dilakukan di huruf pertama tiap kalimat. Tidak boleh memulainya pada huruf yang di tengah-tengah kalimat. Kedua, ibtida' harus diawali dengan kalimat yang berharakat.
Misalnya:
فَاَسْقَيْنٰكُمُوْهُۚ
Meskipun kalimat di atas terdiri dari beberapa kalimah dalam ilmu nahwu, namun dalam konteks membaca alquran tidak boleh dipotong-potong.
Selain di atas, para ulama ilmu tajwid juga memberikan pengertian ibtida' yang tidak diperbolehkan, yakni ibtida' yang bisa menyebabkan makna dari sebuah ayat menjadi rusak, bahkan terdistorsi.
Pertama, ibtida' yang dilakukan dengan kalimat yang masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya, misalnya surat al-lahab ayat 1
تَبَّتْ يَدَآ * اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ
Kata Abi Lahab masih berhubungan dengan kata sebelumnya, yakni sebagai fail dari kata tabbat. Jika ibtida' mulai Abi Lahab maka akan membingungkan struktur kalimatnya.
Kedua, ibtida' yang dilakukan pada kalimat yang justru maknanya tidak dikehendaki oleh Allah, atau maknanya akan berubah yang bertentangan dengan akidah. Misalnya surat ali imran ayat 181
لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا * اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ
Jika waqaf pada kata qaaluu, dan ibtida' dilakukan mulai lafal innalla faqir... Maka konteks ayatnya jadi berubah, yakni Sesungguhnya Allah faqir, sedangkan kita kaya-raya. Secara akidah ini menjadi bertentangan.
Sebenarnya itu adalah kalimatnya orang kafir, jadi jika menghendaki ibtida' harus mulai dari lafal qaalu, bukan langsung innallaha...
Itulah sekelumit tentang ibtida' yang harus diperhatikan oleh para pembaca alquran. Semoga bermanfaat :)
Post a Comment