Bahasa Indonesia Sejarah, Fungsi dan Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, sebelum dipakai sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara sebagai pemersatu bangsa, Bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Melayu.
Empat alasan Bahasa Melayu dijadikan Sebagai Sumber Bahasa Indonesia
Pertama, bahasa Melayu merupakan lingua franca
Apa itu lingua franca? yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sosial di antara orang yang berlainan bahasanya di Indonesia). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prasasti pada zaman kerajaan Sriwijaya (abad VII) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu, seperti prasasti di Talang Tuwo di Palembang yang berangka tahun 684, dan prasasti Karang Brahi yang berangka tahun 686.
Selain hal itu, ada juga beberapa bukti lain seperti daftar kata yang disusun oleh seorang Portugis beranama Pigafetta pada tahun 1522 M. Daftar tersebut dia susun berdasarkan kata-kata dari bahasa Melayu yang ada dan tersebar penggunaannya di kepulauan Maluku.
BACA JUGA: Pedoman Ejaan dalam bahasa Indonesia
Ada pula fakta menarik bahwa terdapat surat keputusan dari Belanda bernomor K.B.1871 No. 104 yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda, menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa daerah, jika tidak maka dipakai bahasa Melayu.
Gambar dari Pixabay
Kedua, disebabkan kesederhanaan sistem bahasa Melayu.
Disebut sederhana sebab tidak ada tingkatan bahasa sebagaimana yang ada di dalam bahasa Jawa; krama, krama madya, dan ngoko. Bahasa Melayu tidak mengenal sistem tingkatan bahasa seperti demikian, sehingga mudah untuk dipelajari.
Ketiga, berbagai suku di Indonesia menerimanya.
Bentuk kerelaan ini puncaknya terjadi pada Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan teks Naskah Sumpah Pemuda, yang salah satu butirnya menyebutkan "Kami putra dan putri Indonesia bersumpah, berbahasa satu bahasa Indonesia"
Keempat, dijadikan sebagai bahasa kebudayaan
Kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang sangat luas. Kesanggupan ini dibuktikan dengan keberadaan bahasa Melayu yang merupakan alat perhubungan antara orang-orang yang berlainan bahasanya di Indonesia.
Sebagai alat perhubungan tersebut, bahasa Melayu telah membuktikan kemampuannya dalam menerjemahkan segala perilaku dan bentuk-bentuk budaya yang ada di Indonesia, sehingga bagi masyarakat di luar wilayah Indonesia pun dapat memahami segala bentuk dan perilaku yang ada di Indonesia.
Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa, di antara fungsi yang menonjol adalah sebagai alat komunikasi. Dalam hal komunikasi ini bentuknya sangat luas, tidak hanya satu atau dua arah saja, melainkan melintasi dimensi seperti kebudayaan, intelektual hingga simbol-simbol, sehingga bahasa nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu yang lebih spesifik seperti linguistik, semiotik, logika, hingga psikologi.
Oleh sebab demikian, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan tersendiri dalam bidang ini, yakni status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial dan dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan.
Mudahnya begini, untuk berkomunikasi lintas budaya dan tradisi, bahasa Indonesia bisa melambangkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang bersifat umum sehingga bisa dipahami oleh lintas budaya dan tradisi tersebut.
Jika dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia tentu berkedudukan sebagai bahasa nasional di antaranya;
a. Lambang Kebangsaan
Sebagai lambang kebangsaan, bahasa Indonesia bisa mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bahasa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan sebagai pegangan hidup, sehingga bagi penggunanya bisa memelihara dan dikembangkan kemudian rasa bangga memakai bahasa Indonesia senantiasa dibina.
b. Lambang Identitas Nasional
Sebagai identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung di samping bendera dan negara. Dalam pelaksanaannya bahasa Indoensia harus mempunyai identitas yang unik sehingga dapat serasi dengan lambang kebangsaan yang lain.
Hal ini bisa terwujud apabila bahasa Indonesia bisa senantiasa dirawat dan dikembangkan dengan menyesuaikan kebutuhan zaman, bukan berarti membersihkan unsur-unsur bahasa asing, namun lebih hati-hati bila tidak mendesak, maka seharusnya tak perlu memasukkan unsur asing tersebut.
c. Alat Pemersatu Berbagai suku bangsa yang Berbeda
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan bahasa yang berbeda, adanya kesepakatan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan satu bentuk kepedulian untuk mempersatukan suku-suku dan satu bahasa, yakni bahasa Indonesia.
Sangat mustahil jika keberagaman suku dan bahasa tersebut disatukan, bila tidak ada alat atau media pemersatunya, nah bahasa Indonesia di sini mempunyai andil yang cukup besar dalam mempersatukannya.
d. Alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya
Adanya kesalahpahaman dalam berbahasa seringkali dikarenakan keberbedaan penggunaan bahasa, misalnya di dalam bahasa Jawa kata "dahar" itu bahasa halusnya makan, namun di Sunda kata halus dari makan adalah "maem". Ini satu contoh, banyak sekali bahasa-bahasa daerah ketika digunakan untuk berkomunikasi dengan daerah lain, maka sering kali terjadi kesalahpahaman.
Adanya Bahasa Indonesia merupakan satu bentuk menghubungkan keberbedaan daerah dan budaya tersebut, sehingga kesalahpahaman bisa diminimalisir sebab antara penutur dan pendengar mempunyai dimensi bahasa yang sama, yakni bahasa Indonesia.
Dari keempat fungsi bahasa Indonesia di atas, disebabkan kedudukan bahasa Indoensia didasarkan pada UUD 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia" Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai urusan kenegaraan.
Dilihat dari kedudukannya tersebut, bahasa Indonesia juga mempunyai fungsi sebagai
- (1) bahasa resmi kenegaraan,
- (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
- (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan pemerintahan,
- (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Macam-macam Ragam Bahasa
Setelah beberapa fungsi bahasa yang sudah dijelaskan di atas, terdapat juga pengertian yang harus dipahami, yakni tentang macam-maca ragam bahasa. Ragam bahasa dibagi juga menjadi dua,
Pertama dilihat dari segi penulis/pembicara, kedua dilihat dari segi pemakaiannya.
Ragam Bahasa Ditinjau dari Aspek Penutur
Dalam persoalan penutur bahasa, ragam bisa dilihat dari daerah asal penutur, pendidikan dan sikap. Ragam daerah dikenal sebagai ragam logat atau dialek. Meskipun sama-sama memakai bahasa Indonesia, namun jika berasal dari daerah yang berbeda, maka akan mengalami perbedaan pula.
Misalnya kalimat "Hai, Apa kabarnya?" akan mengalami perbedaan pengucapan dan intonasinya, kalimat tersebut mengalami keragaman pengucapan meskipun dalam bentuk bahasa Indonesia. Ragam dialek atau logat ini pun biasanya didominasi oleh asal daerah masing-masing penutur, seperti Jawa, Minang, Indonesia Timur, Sumatera dan lain-lain. Itulah keragaman bahasa dilihat dari daerah penuturnya.
BACA JUGA: Unsur Serapan dalam Bahasa Indonesia
Kedua dilihat dari aspek pendidikannya. Perbedaan jenjang pendidikan akan mempengaruhi ragam bahasa yang digunakan, orang yang terpelajar tentunya berbeda penggunaan bahasanya dengan orang yang tidak terpelajar.
Tentu berpendidikan di sini tidak hanya didominasi oleh pendidikan formal, sebab banyak juga penulis-penulis yang tidak lahir dari pendidikan formal. Mungkin bahasa yang enak adalah terdidik. Orang yang terdidik akan berbeda penggunaan bahasanya dengan orang yang tidak terdidik. Begitu sederhananya.
Ketiga ditinjau dari aspek sikap kepada lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi antara lain pokok pembahasan, tujuan dan arah pembicaraan. Dari ragam inilah kemudian memunculkan istilah bahasa Indonesia resmi dan tidak resmi.
Ragam Bahasa Ditinjau dari Segi Pemakaiannya
Sebagaimana ragam bahasa yang ditinjau dari sikap lawan komunikasinya, maka dalam hal ini mengakibatkan adanya segi pemakaian bahasa yang beragam juga. Misalnya pokok persoalan yang menjadi pembicaraan, sarana bahasa yang digunakan hingga gangguan-gangguan yang bersifat campuran.
Ragam bahasa ditinjau dari aspek pokok persoalan bergantung pada lingkungan yang dipilih dan dikuasai, luasnya pergaulan, pengetahuan, pendidikan, profesi hingga kegemaran tiap bidang.
Misalnya, orang-orang yang mendalami agama akan menggunakan bahasa-bahasa agama yang dipahami, sehingga menyamakan gelombang antara penutur dan pendengar harus sama, satu frekuensi yakni agama. Contoh konkrit adalah istilah zat dalam bahasa ilmu fisika, berbeda dengan kata zat yang digunakan dalam ilmu tauhid.
Jika penutur dan pendengar tidak mempunyai spektrum yang sama dalam menggunakan kata zat tersebut, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman. Ini yang pertama.
Kedua, Ragam bahasa dilihat dari sarana yang digunakan, misalnya tulisan dan lisan. Bahasa lisan tentu berbeda dengan bahasa tulisan.
Selanjutnya adalah sarana bahasa, dan mempunyai psikologis yang berbeda.
Kita tentu pernah, merasakan haru, bahkan hingga menangis karena membaca kisah-kisah tertentu baik dalam novel maupun cerpen, namun ketika cerita tersebut dibacakan oleh seseorang maka tidak bisa menjamin kita mempunyai perasaan yang sama seperti sewaktu kita membaca kisah tersebut hingga menangis. Inilah yang disebut sebagai psikologi bahasa.
Sarana yang berbeda, maka akan mempunyai implikasi yang berbeda pula.
Ketiga ragam bahasa disebabkan adanya gangguan campuran di luar bahasa Indonesia. Misalnnya, ketika berbicara dengan bahasa Indonesia, tiba-tiba kita memunculkan istilah daerah disebabkan tidak mempunyai kata yang bisa menyerupakan apa yang sedang kita tuju.
Tidak hanya itu, unsur campuran dari bahasa asing juga kerap kita jumpai dalam ragam bahasa, hal ini disebabkan banyak faktor seperti memudahkan sekaligus menyederhanakan maksud dan tujuan kita untuk menyampaikan sesuatu.
Sekian adalah penjelasan tentang sejarah, fungsi dan ragam bahasa Indonesia. Semoga kita diberi kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Baca juga tentang 4 jenis tulisan dalam Bahasa Indonesia.
Sumber Bacaan
Post a Comment