4 Jenis Tulisan dalam Bahasa Indonesia Beserta Contohnya

Table of Contents

Pada tulisan ini membahas tentang empat macam jenis tulisan yang familiar kita temukan dalam tulisan berbahasa indonesia.

jenis tulisan bahasa indonesia
qowim.net

Jenis-Jenis Tulisan dalam Bahasa Indonesia

Di dalam buku Bahasa Indonesia Akademik karya Isma Thantawi (2021) menjelaskan bahwa jenis-jenis tulisan terbagi menjadi 4 bagian yaitu, narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi. 

Dari keempat jenis tersebut biasanya cara penulisannya dengan berbagai macam, ada yang berbentuk artikel, opini, cerpen, novel bahkan esai. 

BACA JUGA: Pengertian Esai, Ciri-ciri dan Jenisnya

Saya akan menjelaskan keempat jenis tulisan bahasa indonesia tersebut dengan contoh-contoh yang sekiranya bisa memberikan gambaran secara utuh. 

Berikut ini adalah jenis-jenis tulisan dalam Bahasa Indonesia. 

Narasi 

Narasi atau cerita adalah karangan yang sifatnya bercerita atau berkisah. Di dalam cerita tersebut, pengarang mengutarakan sebuah peristiwa, biasanya cerita atau narasi tersebut berkaitan dengan peristiwa yang lain. 

Melihat definisi di atas, biasanya cerita atau narasi mengacu pada urut-urutan waktu secara kronologis. Hal ini bertujuan agar pembaca dengan mudah memahami topik dari awal hingga akhir cerita. 

Contoh 

Si kucing ringkih gemetaran, mencoba berjalan, seperti agar-agar di tengah siang hari bolong. Dia lalu tergeletak, lemah. Aku membawanya pulang, membungkusnya dengan baju ganti di dalam tas, aku bilang kepada kucing itu, ‘Mulai hari ini nama kamu Awan.’

Raditya Dika (2020), "Setahun" dimuat di Medium

Pada cerpen berjudul Setahun yang ditulis oleh Raditya Dika di atas merupakan jenis dari narasi, di sana ia menceritakan soal kucing yang diberi nama Awan, peristiwa tersebut diceritakan secara kronologis tentang bagaimana ia menemukan Awan. 

Deskripsi

Tulisan yang memiliki jenis deskripsi ini biasanya diartikan sebagai penggambaran. Apa itu tulisan deskriptif? Yaitu uraian yang terfokus pada satu objek sehingga pembaca bisa membayangkan seperti sebuah lukisan. 

Tujuan dari tulisan jenis deskripsi ini agar pembaca dapat membayangkan objek yang dimaksud oleh penulis secara lebih jelas. 

Contoh

Kira-kira dia adalah seorang peneliti. Seorang peneliti lapangan. Seorang peneliti yang biasa di alam bebas. Di hutan. Bukan di lab. Di goa. Di padang rumput berpasir. Ia mengenakan kacamata. Perawakannya keras. Otot kedang tangannya tegas. Urat-urat pada lengannya mencuat. Itulah yang dapat terlihat jika aku tak mau jelas-jelas menoleh kepadanya. Pada ransel yang diletakkan di bawah kursi depan, tersangkut botol minum aluminium SIGG. Dengan stiker “kurangi plastik”. Ia mengenakan sepatu gunung Eiger.

Ayu Utami, "Terbang" Dinukil dari Anugerah Sastra Pena Kencana. 2009. 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 17-24

Pada potongan cerpen Terbang karya Ayu Utami di atas merupakan salah satu contoh tulisan deskripsi, ia menggambarkan seseorang yang ia temui di pesawat yang kebetulan menjadi teman duduknya di dalam cerita. Gambaran yang ia tuliskan memberikan imajinasi kepada pembaca tentang sosok "laki-laki" itu.  

Eksposisi

Eksposisi artinya paparan. Artinya adalah karangan yang isinya memaparkan objek secara terperinci tentang fungsi, gejala, ciri-ciri, sebab-akibat hubungan, perbedaan atau apa saja tentang objek yang sedang diuraikan. 

Biasanya tujuan dari penulisan eksposisi ini adalah agar pembaca dapat memahami secara terperinci dan mendalam tentang ojek tersebut. 

Contoh

Cahaya kunang-kunang akan membuat jalanan kota di malam hari menjadi tampak berpendaran kekuningan, seperti ada mata yang terus menyala dari balik kegelapan. Kau akan melihat kunang-kunang itu bergerombol memenuhi warung dan kafe-kafe, seakan tengah mengobrol. Kau akan menyaksikan kunang-kunang itu hinggap di tiang listrik yang mati, hingga tiang listrik itu terlihat seperti pohon yang menyala kekuningan. Ketika segerombolan kunang-kunang hinggap di serimbun perdu atau tumpukan batu, maka perdu dan batu itu seketika menyala berpendaran. Diding-dinding yang telihat kusam dan tua di siang hari, menjadi berkilauan di malam hari. Dan sebuah pohon meranggas, bisa saja seketika langsung menyala kekuning-kuningan, seakan hiasan lampu jalan atau pohon Natal.

Agus Noor, Requiem Kunang-kunang. Cerpen Kompas

Pada cerpen di atas karya Agus Noor merupakan salah satu contoh tulisan eksposisi, di sana ia memaparkan tentang kunang-kunang yang memberikan cahaya di kegelapan malam hari. Ia memaparkan tentang ciri-ciri, gejala dan sebab-akibat dari cahaya kunang-kunang tersebut. 

Argumentasi

Argumentasi secara bahasa artinya adalah alasan. Jenis tulisan yang sifatnya argumentatif adalah karangan yang berusaha mengungkapkan fakta-fakta yang diikuti dengan pembuktian, sehingga bisa meyakinkan pembaca, baik untuk menerima bukti tersebut maupun menolaknya. 

Tujuan dari penulisan argumentasi ini adalah agar pembaca dapat meyakinkan apa yang sedang diuraikan oleh penulis. 

Contoh 

Terlepas dari itu, saya ingin mendiskusikan seberapa pentingkah vaksin itu, namun sebelum itu, mari kita lihat fenomena ini dengan melepas kacamata kuda terlebih dulu.

Pertama, jutaan vaksin yang sudah didistribusikan oleh pemerintah kepada masyarakat tentu sudah diuji dan dilakukan di berbagai negara. Logika paling bodoh adalah apakah sejahat itu pemerintah kita ingin membunuh masyarakatnya dengan vaksin? Saya kira kok tidak. Untuk kali ini saja, coba kita berprasangka baik kepada pemerintah.

Kasus kematian setelah vaksin itu bukan satu-satunya penyebab. Kompas pernah merilis berita bahwa 99,5% dari pasien Covid-19 yang meninggal adalah belum divaksin. Data tersebut bisa jadi tidak tepat, lalu argumentasi apalagi yang bisa ditegaskan untuk menjelaskan ketidaktepatan itu? Pada Mei lalu, sebagaimana diberitakan Kompas lagi bahwa dari 30 kasus kematian setelah divaksin di antaranya sudah terpapar, 11 lainnya karena penyakit jantung.

Kedua, tak perlu lagi membahas soal haramnya vaksin jika hanya ingin menolak vaksin, sebab hal itu sudah lama diputuskan oleh MUI bahwa vaksin hukumnya halal. Sebagian orang merasa tidak butuh vaksin karena soal agama; sakit dan kematian di tangan Tuhan, kalau sudah waktunya mati ya mati saja. Pemahaman ini tentu tidak salah bagi yang percaya tentang kekuasaan Tuhan.

Kaidah ushul fikih paling sederhana dalam hal ini adalah "dalam keadaan 'darurat', kita boleh melakukan hal-hal yang diharamkan sekalipun." Pertanyaan seberapa daruratkah keadaan pandemi ini, tak perlu diperpanjang sebab secara fakta sudah di depan mata kita bahwa ini wabah global yang tidak pandang negara, suku, bahkan agama sekalipun. Dan, tentunya vaksinisasi adalah kehendak untuk menuju kemaslahatan yang lebih umum, daripada kemaslahatan individu, dalam konteks ini kemaslahatan secara universal itulah yang lebih diutamakan.

Ketiga, saya baru menyadari akhir-akhir ini bahwa pelayanan transportasi umum mensyaratkan penumpang memiliki bukti sudah divaksin, seperti ketika naik pesawat wajib tes PCR, atau antigen sekaligus menunjukkan kartu sudah divaksin. Di kereta juga demikian wajib menyertakan kartu vaksinasi. Bahkan baru saja mertua saya telepon bahwa ia tidak jadi menyambangi cucunya, selain karena PPKM, ia juga khawatir di perjalanan ada razia surat vaksinasi.

Jadi, kesimpulannya vaksin menjadi penting karena ada hajat nasional yang membutuhkan kerja sama sekaligus peran seluruh masyarakat di Indonesia tanpa terkecuali. Meskipun, herd immunity ini seharusnya dilakukan sejak awal, tanpa mengorbankan pendidikan yang fasilitasnya ternyata belum ramah bagi penduduk di kawasan minim sinyal internet.

Qowim Musthofa, "Menimbang Vaksin dengan Melepas Kacamata Kuda" selengkapnya https://news.detik.com/kolom/d-5644436/menimbang-vaksin-dengan-melepas-kacamata-kuda

Tulisan saya yang tayang di detik di atas merupakan salah satu contoh jenis tulisan argumentasi, sebab di sana saya memberikan penjelasan secara argumentatif dengan menunjukkan beberapa pertimbangan agar pembaca memahami apa yang ingin saya sampaikan.

Perbedaan Paling Mencolok dari Keempat Jenis

Jika ada pertanyaan apa perbedaan dari jenis tulisan deskripsi, eksposisi, argumentasi dan narasi? Jawabannya sangat sederhana yakni terletak pada fungsi dan tujuan dari tulisan tersebut. 

Biasanya satu tulisan utuh bisa mencakup dari 4 jenis tulisan di atas, bisa jadi salah satunya saja. Misalnya ketika Anda menulis skripsi, bisa jadi anda akan mendeskripsikan saja di beberapa bab-subbab, lalu di subbab yang lain mendiskusikannya secara argumentatif, karena melihat tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. 

Meski demikian, perbedaan lain yang paling kelihatan adalah penggunaan ejaan. Biasanya tulisan artikel ilmiah memakai ejaan yang sesuai dengan kaidah berbasa indonesia, sedangkan tulisan novel dan cerpen memakai ejaan dan bahasa sehari-hari, terutama dalam penggunaan dialog. Jadi, penggunaan kata baku dan tak baku juga memberikan kesan untuk mengetauhi jenis dan macam tulisan.

Sekian pembahasan tentang 4 jenis tulisan dalam bahasa indonesia, semoga ini bermanfaat. Jika Anda merasa masih bingung tentang perbedaan review dan resume silakan baca artikel berjudul perbedaan resume dan review.

Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment