Review Jurnal Online Selain Getdigest

Table of Contents

Aktivitas mereview jurnal memang tak asing lagi bagi kalangan akademisi, apalagi dosen dan mahasiswa. Artikel yang pernah saya tulis sebelumnya tentang cara review jurnal otomatis juga banyak dicari di blog ini. Namun, banyak sekali yang bertanya "Ada nggak review jurnal online selain Getdigest?" 

Pertanyaan itulah yang membuat saya untuk bergerak menuliskan tutorial ini. 

Jawabannya, tentu ada. 

Review Jurnal Online dengan AI

Aplikasi Selain Getdigest untuk Review Jurnal

Getdigest bukan satu-satunya alat untuk kita jadikan sebagai penopang dalam hal review jurnal. Ia hanya salah satunya. 

Aplikasi apa yang dipakai untuk mereview jurnal? 

Jawabannya adalah AI singkatan dari artificial intelegent. AI memberikan banyak sekali manfaat kepada kita, salah satunya adalah soal mereview. Selain review jurnal, saya pernah iseng-iseng mebuat soal dengan AI. Hasilnya lumayan, lah. Untuk berguna sebagai draft bukan hasil jadi. 

Terkait dengan AI, kita coba dua saja yang paling populer, yaitu ChatGPT dan Bard dari Google. Dua alat itu saya kira lebih dari cukup untuk membantu kita dalam hal review jurnal online atau daring.

Review Artikel Melalui ChatGPT

ChatGPT sangat populer dan banyak yang menggunakannya. Tersedia dua macam versi, yaitu gratis dan berbayar.

Untuk review kali ini, saya kira cukup untuk yang gratisan saja. Tapi kalau Anda minat versi premiumnya silakan saja dicoba. 

Kalau kita menilik pada aplikasi yang berbasis website, ChatGPT memberikan pemberitahuan bahwa data yang diolah terakhir per tahun 2022. Jadi tahun data yang terkumpul pada tahun 2023 tidak menjadi basis operasionalnya.

Bard Google untuk Review Jurnal

Bard dari Google ini saya kira lebih mutakhir database yang dimiliki. Sebab setahu saya tidak ada pemberitahuan bahwa pengolahan data di Bard itu terakhir tahun berapa. 

Meski demikian, kita jangan sampai terkecoh dengan hal tersebut. Namanya AI alias itu adalah robot yang komunikasi pengolahan datanya masih perlu dikoreksi lagi.

Cara Menggunakan AI untuk Review Jurnal Online

Oke, biar tulisan ini lebih aplikatif. Kita coba terlebih dulu sejauh mana AI bisa membantu kita dalam review jurnal online ini. 

Siapkan Artikel yang akan Direview

Saya akan memberikan contoh artikel saya sendiri saja yang sudah terbit di Jurnal Wawasan tahun 2017. Tujuannya biar tahu seberapa jauh AI ini bisa membaca dengan baik. Sebab impresinya tentu sudah lumayan agak banyak daripada artikel yang baru terbit.

Buka situs AI Sesuai Minat Anda

Anda bisa memilih Bard atau pun ChatGPT. Siapkan data awal dari artikel tersebut. Dalam hal ini sesuai dengan contoh di artikel saya, paling tidak Anda menyiapkan data berikut

  1. Nama Penulis: Qowim Musthofa
  2. Judul Artikel: Jilbab sebagai Identitas Organisasi Islam di Perguruan Tinggi
  3. Abstrak: 
    Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian tentang jilbab pada mahasiswa KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) dan KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama) di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Adapun pendekatannya adalah psikologis-fenomenologis. Pokok argumentasi dari kajian ini, jilbab digunakan tidak hanya persoalan teologis dan komitmen terhadap organisasi, namun juga karena adanya proses pencarian yang dipengaruhi oleh aspek-aspek psikologis. Dari kajian ini ditemukan bahwa jilbab merupakan proses pencarian jati diri, dan persoalan eksistensi-identitas yang dipengaruhi oleh perkembangan intelektual, pengalaman yang terakumulasi dan dipengaruhi oleh psiko-sosial dari masing-masing individu
  4. Metode:
    Tulisan ini berdasarkan penelitian yang me-nggunakan metode kualitatif yang difokuskan pada pemaknaan realitas sosial. Penulis mela-kukan wawancara mendalam dan observasi terhadap pengguna jilbab di lingkunganUGM. Adapun informan dibagi menjadi tiga, yaitu informan yang menggunakan jilbab berasal dari organisasi IslamKAMMI, KMNU dan IMM yang ketiganya mempunyai komitmen dan loyalitas terhadap masing-masing organi-sasinya.Penulis juga memberikan syarat minimal berusia 20 tahun, sebab di usia tersebutseorang individu secara psikologis sanggup mengambil tanggung jawab penuh bagi kepercayaan religiusnya sendiri,terlepas dari kelompok atau orang lain yang mende-finisikan hidupnya.7Selain itu, pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis-fenomenologis sebagai kaca mata dalam melihat fenomena jilbab di perguruan tinggi. Hasil dari pencarian data akan diurai secara deskriptif-analitis-deduktif.Adapun motode triangulasi juga dilakukan dalam rangka mencari validitas data yang dite-mukan kemudian didukung oleh literatur-literatur yang telah dikaji sebelumnya terha-dap penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Universitas Gajah Mada (UGM) sebagai studi kasus fenomena jilbab sebagai identitas organisasi Islamdi Perguruan Tinggi.
  5. Hasil/Simpulan:
    Penggunaan jilbab adalah realitas sosial yang permasalahannya sangat kompleks, tidak hanya persoalan teologis, tetapi juga persoalan perkembangan sekaligus pencarian jati diri, yang mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jilbab itu sendiri, meskipun aspek tersebut juga terpengaruh oleh lingkungan sosial yang melingkupinya. Pengaruh sosial dalam hal ini sangat variatif, di antaranya diperoleh dari lingkungan keluarga, teman, dan organisasi Islam yang diikuti di kampus. Pengaruh organisasi, dalam hal ini KAMMI, IMM dan KMNU, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap model dan karakter berjilbab bagi masing-masing kader-nya, kendati mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengawalan anggota-nya. Meski demikian, tidak menutup kemung-kinan bahwa karakteristik dan pergantian dari berbagai macam model jilbab merupakan ke-niscayaan yang terjadi pada usia-usia sebelum 20 tahun. Sebab usia sebelum itu secara psiko-logis mulai mencoba dan mengembangkan pe-mikiran operasional formal dan mulai mengin-tegrasikan hal-hal yang mereka pelajari mengenai agama ke dalam sistem kepercayaan yang koheren. Hal itulah bagian dari cara individu dalam membentuk identitasnya. Dari studi ini, sebagaimana mengikuti teori identitas Berger, organisasi mahasiswa Islam di UGM baik KAMMI, IMM, maupun KMNU secara formal tidak memberikan strandardisasi model jilbab yang spesifik, melainkan secara umum bahwa yang terpenting adalah menutupi dada.Meski demikian terdapat semacam nor-ma tak tertulis yang menjadi kesepakatan ber-sama bahwa dalam kegiatan organisasi, para anggota akan datang dengan mengenakan jilbab yang sesuai dengan standard norma tak tertulis tersebut, terutama bagi organisasi KAMMI dan IMM. Berbeda dengan hal terse-but, KMNU dari awal secara lebih terbuka membebaskan kadernya untuk memakai jilbab yang sesuai dengan keinginan dan kenyaman-annya dengan menyadari bahwa jilbab adalah persoalan pencarian jati diri.

Kelima data tersebut harus Anda persiapkan. Fungsinya adalah untuk membuat prompt (perintah) untuk AI. Sebenarnya tidak hanya lima hal tersebut, ada satu hal penting yang menjadi inti dari sebuah artikel ilmiah. Namun nanti saja di bagian paling akhir pada tulisan ini.

Buatlah Perintah atau Prompt

Perintah yang saya maksud adalah kalimat yang akan kita ketik di laman chat dengan AI. Ini adalah kunci dari kesuksesan seseorang menggunakan AI. Makin bagus prompt yang ia tulis, makin bagus pula hasilnya. 

Untuk contoh review kali ini, saya menggunakan prompt paling sederhana yaitu dengan dengan menggunakan kalimat berikut ini;

Buatkan saya review artikel ilmiah berdasarkan data sebeagai berikut ... (saya copas poin 1-5 pada data yang sudah kita siapkan tadi)... 

Hasilnya saya skrinsutkan di bawah ini

review jurnal dengan AI
Hasil AI chatGPT review jurnal online

Skrinsutnya terpotong. Saya kutipkan saja ya secara untuk sebagaimana berikut ini; 

Review Artikel Ilmiah: "Jilbab sebagai Identitas Organisasi Islam di Perguruan Tinggi" oleh Qowim Musthofa Artikel berjudul "Jilbab sebagai Identitas Organisasi Islam di Perguruan Tinggi" yang ditulis oleh Qowim Musthofa adalah sebuah penelitian yang menggali kompleksitas penggunaan jilbab sebagai aspek identitas dalam organisasi Islam di lingkungan perguruan tinggi, khususnya di Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang fokus pada pemaknaan realitas sosial dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap individu yang menggunakan jilbab. Penelitian ini mencakup tiga organisasi mahasiswa, yaitu KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), dan KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama). Dalam ulasan ini, kami akan merinci dan membahas artikel ini lebih lanjut.

 

Abstrak: Abstrak artikel menyajikan gambaran singkat tentang penelitian ini. Penelitian ini fokus pada pemahaman kompleksitas penggunaan jilbab di kalangan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Islam. Artikel menjelaskan bahwa pemakaian jilbab tidak hanya menjadi isu teologis, tetapi juga melibatkan pencarian jati diri yang dipengaruhi oleh aspek-aspek psikologis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan psikologis-fenomenologis.

 

Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan fokus pada pemaknaan realitas sosial. Penulis melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap individu yang menggunakan jilbab di lingkungan UGM. Informan dalam penelitian dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing berasal dari organisasi Islam (KAMMI, KMNU, dan IMM) yang memiliki komitmen dan loyalitas terhadap organisasi mereka. Selain itu, penulis menetapkan syarat minimal usia 20 tahun, karena pada usia ini individu secara psikologis dapat mengambil tanggung jawab penuh terhadap keyakinan agama mereka sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan psikologis-fenomenologis untuk menganalisis fenomena penggunaan jilbab di perguruan tinggi.

 

Hasil/Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan jilbab adalah realitas sosial yang kompleks. Masalah ini melibatkan tidak hanya isu teologis tetapi juga pencarian jati diri dan eksistensi individu. Keputusan untuk mengenakan jilbab dipengaruhi oleh pertimbangan kenyamanan dan keamanan bagi pemakainya, namun juga terpengaruh oleh lingkungan sosial. Pengaruh sosial berasal dari keluarga, teman, dan organisasi Islam yang diikuti di kampus. Organisasi seperti KAMMI, IMM, dan KMNU memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan model dan karakter pemakaian jilbab bagi anggotanya. Meskipun mereka memiliki pendekatan yang berbeda, karakteristik dan perubahan dalam pemakaian jilbab cenderung terjadi pada usia sebelum 20 tahun. Pada usia ini, individu mulai mengembangkan pemikiran operasional formal dan mengintegrasikan ajaran agama ke dalam sistem kepercayaan yang lebih koheren. Selain itu, artikel ini mengikuti teori identitas Berger, yang menyatakan bahwa organisasi mahasiswa Islam di UGM, seperti KAMMI, IMM, dan KMNU, secara formal tidak memberikan standar model jilbab yang spesifik. Namun, ada norma tak tertulis yang menjadi kesepakatan bersama bahwa dalam kegiatan organisasi, para anggota akan datang dengan mengenakan jilbab sesuai dengan norma tak tertulis tersebut, terutama bagi KAMMI dan IMM. KMNU, di sisi lain, lebih terbuka dalam membiarkan kadernya memakai jilbab sesuai dengan keinginan dan kenyamanan individu, dengan kesadaran bahwa jilbab merupakan persoalan pencarian jati diri.

 

Analisis dan Diskusi: Artikel ini memberikan wawasan yang penting tentang peran jilbab dalam membentuk identitas individu dalam konteks organisasi Islam di perguruan tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan jilbab bukan hanya sekadar kewajiban teologis, melainkan juga merupakan bagian dari proses pencarian identitas dan eksistensi diri yang unik untuk setiap individu. Pengaruh sosial yang berasal dari keluarga, teman, dan organisasi Islam memiliki peran yang signifikan dalam menentukan bagaimana individu memahami dan mengadopsi pemakaian jilbab. Penelitian ini juga menyoroti peran organisasi mahasiswa Islam seperti KAMMI, IMM, dan KMNU dalam memberikan panduan mengenai pemakaian jilbab kepada anggotanya. Meskipun ketiga organisasi ini memiliki pendekatan yang berbeda, norma tak tertulis yang ada dalam organisasi tersebut memainkan peran penting dalam menentukan model jilbab yang diterima. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori identitas Berger, yang menggambarkan bagaimana individu membentuk identitas mereka melalui interaksi sosial dan proses pencarian jati diri. Organisasi Islam di UGM, meskipun tidak memberikan standar model jilbab yang spesifik, memainkan peran yang signifikan dalam membantu anggotanya dalam proses ini. Namun, perlu diingat bahwa penelitian ini terbatas pada konteks kampus UGM, sehingga generalisasi ke konteks lain mungkin memerlukan penelitian tambahan.

 

Selain itu, penting untuk diakui bahwa pemakaian jilbab adalah masalah yang sangat pribadi, dan alasan di balik pemilihan model jilbab dapat bervariasi secara signifikan dari individu ke individu. Kesimpulan: Artikel "Jilbab sebagai Identitas Organisasi Islam di Perguruan Tinggi" oleh Qowim Musthofa memberikan pemahaman yang dalam tentang kompleksitas pemakaian jilbab di kalangan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Islam. Penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan jilbab tidak hanya berkaitan dengan isu teologis, tetapi juga merupakan bagian dari pencarian identitas dan eksistensi individu. Pengaruh sosial, khususnya dari keluarga, teman, dan organisasi Islam, memiliki peran penting dalam pemakaian jilbab. Selain itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan pendekatan antara organisasi-organisasi mahasiswa Islam dalam hal pemakaian jilbab. Meskipun mereka tidak memberikan standar model jilbab yang spesifik, norma tak tertulis dalam organisasi tersebut memengaruhi pemilihan model jilbab oleh anggotanya. Namun, perlu diperhatikan bahwa penelitian ini memiliki batasan dalam konteks kampus UGM, dan generalisasi ke konteks lain memerlukan penelitian lebih lanjut. Artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi siapa pun yang tertarik untuk memahami kompleksitas penggunaan jilbab dalam lingkungan organisasi Islam di perguruan tinggi.

Hasil dari generate dari ChatGPT di atas menghasil 804 kata berdasarkan perhitungan alat Word Counter saya di blog ini.

word counter qowim.net

Dari hasil tersebut, silakan untuk dibaca kembali dan diteliti lagi. Hasil itu sudah lumayan sekali untuk membantu pekerjaan mereview jurnal online yang, tanpa aplikasi Getdigest. 

Jangan Lupa Bagian-bagian Penting

Bagian penting di dalam artikel ilmiah adalah analisis dan simpulan. Ada kesinambungan antara pendahuluan-metode-analisis dan simpulannya. Hasil dari generate AI tersebut seharusnya diperiksa kembali. 

Cara memeriksanya adalah dengan membaca artikel ilmiahnya dan membandingkan dengan hasil dari AI tersebut.

Kreasi Prompt

Jika tidak puas dalam membaca hasil generate AI tersebut, kita bisa menambahkan perintah dalam chat dengan AI. Beberapa prompt yang mungkin bisa kita ketik seperti; 

  1. Jelaskan sekali lagi maksud dari metode penelitian artikel tersebut
  2. Apakah Anda menemukan artikel lain yang mirip dengan artikel tersebut
  3. Bantu saya meringkas pada bagian diskusi
  4. Kembangkan hasil dari artikel ilmiah tersebut dari sisi simpulan
Dan lain-lain. Silakan membuat kreasi sesuai dengan kebutuhan. Makin jelas prompt nya akan makin bagus hasilnya.

AI hanya Membantu, bukan Mengganti

Meskipun review artikel ilmiah ini sangat mudah jika dibantu dengan AI secara online, kita tak boleh terlalu bergantungan dengan AI. Sebab pada dasarnya AI hanyalah alat. 

AI hanya membantu, bukan mengganti pekerjaan kita. 

Jadi, anggap saja ketika berkomunikasi dengan AI, anggaplah ia adalah teman dan alat untuk membantu. Otoritas tertinggi dalam hal ini adalah tetap penggunanya. 

Kita harus tetap menyunting dan memeriksa hasil dari AI tersebut. 

Penutup

Saya kira sudah cukup, ya. Untuk Bard dari Google silakan dicoba sendiri, lebih kurang sama lah caranya. Mungkin hasilnya akan berbeda. 

Semua hal yang memudahkan memang membuat kita terlena, oleh sebab itu tetaplah menjadi manusia dengan kreativitasnya sendiri. AI hanya kita gunakan sebagai alat bantu, bukan untuk mengganti pekerjaan kita menjadi manusia. 

Teknologi seperti AI memang bagus dan mempercepat pekerjaan kita sebagia manusia, namun jangan lupa juga, bahwa Ai juga buatan manusia yang tak semuanya benar dan tepat. 

Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

2 comments

Comment Author Avatar
24 November 2023 at 13:20 Delete
Tetap harus dibaca lagi kan ya mas. Tidak bisa langsung ditelan mentah-mentah. Kalau meriview jurnal apakah kalimatnya juga harus resmi dan baku?
Comment Author Avatar
6 March 2024 at 19:54 Delete
Kalau baku dan tidak sebaiknya tetap baku. Kecuali nanti ada intruksi yg meniscayakan tidak baku.